SLEMAN (8/6/2025), Dibalik susahnya dan mahalnya pupuk urea, pupuk dari sampah oganik menjadi alternatif untuk para petani. Salah satunya Manto (59) warga dusun Nusupan, Trihanggo, Gamping, Sleman ini memanfaatkan sampah organik yang ada dirumahnya untuk dijadikan pupuk untuk kebun dan sawahnya. Hal itu dilakukan karena susahnya untuk mendapatkan pupuk urea jenis ponska dan susahnya untuk membuang sampah imbas dari di tutupnya TPST Piyungan.
Awalnya Manto hanya mencoba-coba dengan memasukan dedaunan dan buah buahan busuk ke dalam karung. Namun percobaan pertama tersebut dirasa kurang maksimal. Kemudian ia mencampurkanya dengan kotoran sapi dan ayam. Percobaan tersebut membuahkan hasil yang memuaskan. Awalnya di eksekusi terhadap pohon pisang hasilnya pohon pisang tersebut dapat berbuah subur dan tidak dimakan oleh virus. Selantjutnya ia mencoba untuk tanaman lain seperti matoa dan mangga. Hal itu membuahkan hasil yang sangat bagus.
Karena masih penasaran Manto pun mencoba untuk menyebar pupuk kompos tersebut di lahan pertanian yang tak jauh dari rumahnya. Ternyata pupuk kompos tersebut jauh lebih maksimal jika dilakukan di lahan basah atau pertainian seperti padi. Karena pembusukan semakin maksimal. Tak hanya itu, pupuk dari sampah organik ini juga dapat mengurangi hama, mungkin karena baunya yang lumayan menyengat hama seperti tikus jadi menjauh dari kawasan pertanian tersebut (tuturnya).
Untuk pembuatan pupuk ini sangat mudah. Pertama masukan sampah organik apapun ke dalam karung alangkah lebih baiknya dicacah atau digiling tersebih dahulu. Kemudian masukan kotoran sapi atau ayam baik yang sudah berwujut tanah maupun masih basah. Tunggu hingga 2 minggu sampai 1 bulan maka akan menjadi pupuk yang sangat efektif untuk ladang pertanian. Manto hingga saat ini masih mengandalkan pupuk tersebut untuk lahan pertanianya. Selain biayanya yang cukup murah juga dapat mengurangi sampah yang ada di rumahnya.
(Bima Putra Mahardika)
Comments
Post a Comment